Sekilas Tentang Lalu Nurcholis Husnu
Lalu Nurcholis Husnu seorang perantau dari Pulau Lombok berkelahiran Bagu (salah satu desa di daerah Pulau Lombok) pada tahun 1998-an ini biasa disapa dengan panggilan “Lalu” oleh teman-temannya di perantauan khususnya di Malang. Lalu merantau mulai tahun 2013 awal sejak ia mulai menempuh pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) tepatnya di MA Darul Karomah, Singosari-Malang. Ada cerita menarik dibalik alasan Lalu pergi merantau yaitu “tidak betah hidup bersama keluarga karena sering dibanding-bandingkan dengan saudara dan tetangga-tetangga yang lebih pintar atau rajin di kampungnya”. Siapa yang membanding-banding Lalu dengan saudara atau tetangga? Tentu pada saat itu hanya Ibunya orang tua yang masih hidup, karena Lalu sudah ditinggal oleh ayahnya sejak berusia 9 tahun.
Kembali ke alasan Lalu ingin merantau, ia pun menetapkan tekat untuk merantau dengan beralasan ke ibunya bahwa ia ingin pergi mondok dan melanjutkan sekolah ke tempat yang jauh dari rumah supaya belajar di pondok bisa lebih fokus. Akhirnya Ibu Lalu pun memberikan ijin untuk pergi mondok ke Malang, Jawa Timur, tepatnya di pondok As-Salam Singosari. Sedikit momen sedih yang dihadapi Lalu saat pertama kali merantau ke luar pulau yaitu ia merayakan hari raya idul fitri tidak bersama-sama dengan keluarganya, saat itu Lalu menangis merengek ingin pulang, lalu ia pun diberikan beberapa patah nasihat oleh guru sekaligus kiyai nya di pondok “Selesaikan apa yang sudah kamu mulai Nak, jadilah orang yang menarik lengan saudara-saudaramu kelak disaat mereka kesulitan”. Pada saat itu Lalu hanya mengerti satu kalimat diawal untuk menyelesaikan apa yang sudah dimuali dan selama ini membuat ia bertahan di perantauan.
Karena sering dibanding-banding dengan saudara dan tetangga yang lebih pintar dan rajin, Lalu pun bertekat untuk rajin belajar dan membuktikan bahwa ia mampu mendapatkan ranking di kelas. Pada saat kelas IX Lalu pun mendapatkan ranking 23 dari 48 siswa di kelasnya, saat ditanya oleh Ibu, Saudara dan Pamannya dia mendapat ranking berapa dan menjawab ranking 23 Lalu pun disoraki dan diremekhkan oleh saudara-saudaranya dan dijanjikan apapun yang Lalu inginkan jika mendapatkan ranking 10 besar di kelas. Tiba pada kenaikan kelas dari kelas X ke kelas XI Lalu membuktikan dengan mendapatkan ranking 1, serentak keluarganya tidak percaya lalu ia mengirimkan bukti foto raport melalui pesan facebook (pada saat itu belum ada WhatsApp atau Telegram). Akhirnya keluarga Lalu di Lombok pun percaya dan ia memiliki dua permintaan yaitu dibelikan HP baru dan meminta untuk tidak dibandingkan lagi dengan siapapun.
Karena nilai ranking dipertahankan sampai lulus, Lalu pun mendapatkan beasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di Malang yaitu Universitas Terbuka Malang dengan jalur beasiswa bidikmisi. Sebelum mengambil prodi atau jurusan, Lalu menimbang dengan hati-hati dan meminta saran pada guru favoritnya yaitu guru sosiologi Ibu-
Afidatul Khair terkait prodi apa yang harus diambil, dan Ia pun disarankan untuk mengambil jurusan yang prospek kedepannya bagus salah satunya adalah jurusan Ilmu Komunikasi, akhirnya saya menetapkan tekat untuk mengambil jurusan Ilmu Komunikasi.
Karena merasa pandai bergaul dan belajar Ilmu Komunikasi Lalu pun sangat gemar mencari teman baru yang tentunya bagus untuk perkembangan ilmunya kedepan, sampai pada saat ia menemukan seorang teman yang kesulitan karena berjuang sendiri merintis usahanya dibidang pemasaran online, Lalu dimintain tolong untuk membuat copywrite dan ia dengan senang hati membantu temannya tersebut. Karena sudah merasa terbantu dan penjualan juga meningkat, temannya pun dengan senang hati mengajarkan semua ilmu yang dia miliki kepada Lalu seperti mengelola sosial media profit, research product, desain konten website atau landingpage, copywriting, beriklan menggunakan facebook ads, analysis konten, SEO, analysis matriks hingga begaimana menjadi customer service yang baik dan efektif.
Setelah enam bulan belajar mulai dari pertengahan tahun 2019 hingga awal tahun 2020, Lalu pun memantapkan tekat bersama temannya untuk membuat Startup yang tentunya bergerak dibidang digital marketing yang diberi nama Purple Land. Setelah satu tahun Startup berjalan yaitu awal tahun 2020 hingga awal tahun 2021, Lalu pun diminta pulang oleh orang tua karena dua tahun tidak pulang, karena Startup belum bisa autopilot, terpaksa harus berhenti beroperasi karena pada saat itu tidak memungkinkan untuk berkordinasi jarak jauh.
Saat Lalu dirumah dan bingung mau ngapain karena tidak bekerja dan tidak adanya pendapatan, ia pun membuat usaha café shop yang sudah lama ia rencanakan dan diberi nama Ite Ngepe Café (Dalam bahasa Lombok jika di bahasa indonesiakan berarti Kita Punya Café). Namun karena nama Café masih dipersepsikan sebagai tempat orang berjudi, mabuk-mabukan oleh masyarakat di desa, akhirnya nama Café pun diganti menjadi Ite Ngepe Tongkrongan. Setelah beberapa bulan berjalan, akhirnya orang tuanya Lalu pun memberikan dua pilihan “Menikah atau Lanjut S2?” karena Lalu belum memiliki calon dan juga ingin belajar lagi, Lalu pun memilih untuk melanjutkan S2 di Universitas Brawijaya karena masih betah dengan suasana di Malang.
Saat melanjutkan kuliah program magister pun Lalu masih belum cukup dengan ilmu yang didapatkan, tiba pada kesempatan saat Lalu ditawarkan untuk menjadi account manager dan menangani permasalahan mahasiswa Universitas Terbuka Malang, ia pun dengan senang hati mengambil kesempatan tersebut untuk mengasah kemampuan selagi tidak mengganggunya dalam melaksanakan perkuliahan program magisternya di Universitas Brawijaya Malang.